MARI TINGKATKAN MUTU SAPI BALI MELALUI INSEMINASI BUATAN

0 komentar

MARI TINGKATKAN MUTU SAPI BALI MELALUI INSEMINASI BUATAN
 

Inseminasi Buatan (IB) atau sering disebut Kawin untik adalah, tehnik memasukan mani atau semen 
kedalam alat reproduksi ternak betina sehat untuk dapat membuahi sel telur dengan
menggunakan alat inseminasi buatan dengan tujuan agar ternak bunting.
Program Inseminasi Buatan mempunyai peran yang sangat strtegis dalam usaha
meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit. Dalam rangka meningkatkan 
produksi dan produktivitas ternak,teknologi IB salah satu upaya penyebaran bibit unggul 
yang memiliki nilai praktis dan ekonomis yang dapat dilakukan dengan 
mudah,murah dan cepat.

Teknologi IB memberikan keunggulan antara lain :
§  bentuk tubuh lebih baik, 
§  pertumbuhan ternak lebih cepat, 
§  tingkat kesuburan lebih tinggi, 
§  berat lahir lebih tinggi 
Melalui teknologi IB diharapkan secara ekonomis dapat memberikan nilai tambah dalam pengembangan usaha peternakan.


KEUNTUNGAN INSEMINASI BUATAN.

1.       Dapat menghasilkan keturunan anak yang baik danberkwalitas karena menggunakan sperma dari 
        pejantan yang unggul.
2.       Peternak tidak perlu memelihara pejantan, sehingga biaya pakan maupun
       waktu untuk memelihara pejantan dapat digunakan untuk keperluan lain.
3.       Dapat menghindari cacat pada kelahiran anak.
4.       Mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebarkan melalui perkawinan alami.
5.       Dapat memperpendek jarak kelahiran ( Calving Interval )
6.       Menghindari ternak sapi betina mengalami kecelakaan dalam melakukan
       perkawinan alami bila pejantan yang digunakan terlalu besar.


WAKTU YANG TEPAT UNTUK INSEMINASI BUATAN.

Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah, 15 S/d 18 Jam setelah sapi menunjukan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur sudah mencapai saluran tuba falopii
yaitu saluran tempat penyatuan seltelur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan. 



GEJALA GEJALA BERAHI PADA TERNAK SAPI.

Pada umumnya gejala -gejala berahi pada 
ternak adalah sebagai berikut;

1.       Kemaluan bagian luar (Vulva ) ternak berwarna merah.
2.       Bila dicermati kemaluan tersebut membengkak.
3.       Bila diraba kemaluan terasa hangat.
4.       Dari kemaluan keluar lendir.bening dan transparan
5.       Gelisah dan kurang nafsu makan.


PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN.

Petugas pelaksana inseminasi buatan adalah petugas yang telah dilatih untuk melakukan IB
yang dilengkapi dengan 
SIMI ( Surat Ijin Inseminasi Buatan ).
Petugas IB bertugas pada Satuan Pelaksana Inseminasi Buatan (SP-IB ) di masing-masing Kab/Kota dan Kecamatan.
Untuk Kecamatan Taliwang Petugas IB bergabung pada
Satuan KCD Peternakan Kecamatan Taliwang.


PERLAKUAN ATAU TINDAKAN SETELAH SAPI DI IB.

1.       Memberikan pakan yang berkualitas dan cukup  jumlah.
2.       Hindarkan ternak dari stes.
3.       Berikan ternak air yang cukup
4.       Jangan pekerjakan ternak dengan beban berat.
5.       Perhatikan ternak dengan penuh kasih sayang.


FAKTOR -FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 
KEGAGALAN IB.

Ada beberapa faaktor yang dapat mempengaruhi 
terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak sapi yaitu;
1.       Kondisi kesehatan sapi betina yang di IB ,Betinayang kondisinya sehat
       ( Sebelum dan setelah di IB ) akan mampu memelihara kebuntingannya
        sampai melahirkan dengan baik.
2.       Ketepatan waktu Pelaksanaan IB.
3.       Mutu semen beku yang digunakan , semen beku 
yang digunakan hendaknya mendapatkan penanganan yang benar mulai saat produksi, penyimpanan dan distribusi sampai ditingkat lapangan.
4.       Ketrampilan petugas IB sangat mempengaruhi 
keberhasilan IB. Makin trampil petugas IB ,makin 
kecil resiko kegagalannya














    Gambar  : Proses kelahiran sapi hasil IB


Menghitung Ubinan Tanaman Padi

1 komentar

Untuk menghitung perkiraan produksi panen padi biasanya digunakan 2 cara yaitu :
1. UBINAN
Alat/bahan yang perlu dipersiapkan : set alat ubian atau meteran, tali, ajir, sabit/sabit bergerigi, terpal, tampah, karung dan timbangan.Waktu ubinan yang terbaik jam 9-12 siang.
Cara ubinan : 
  • Pilih 2 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misal titik A dan B)
  • Ukur menggunakan meteran kedua lokasi tersebut dengan jarak panjang dan lebar masing-masing 2,5 meter
  • Beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi tersebut menggunakan alat ubinan, ajir atau  tali
  • Panen lokasi yang sudah diberi tanda menggunakan sabit/sabit bergerigi
  • Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal
  • Bersihkan kotoran yang ada pada gabah menggunakan tampah
  • Timbang hasil dari kedua lokasi ubinan tersebut (misal titik A= 4,5 kg dan titik B= 5 kg)
Cara menghitung ubinan :
Misal dari hasil timbangan diatas adalah titik A= 4,5 kg dan titik B= 5 kg
Maka untuk menghitungnya adalah : 
  • Jumlahkan dahulu hasil timbangan kedua titik kemudian dibagi 2 -- (4,5 kg + 5 kg) : 2 = 5,25 kg
  • Karena jarak ubinannya 2,5m x 2,5m maka luas ubinan adalah 6,25m2
  • Rumus ubinan/perkiraan = hasil rata-rata timbangan x (10.000 m2 : luas ubinan)
  • Perkiraan produksinya = 5,25 kg x (10.000 m2 : 6,25 m2) -- 5,25 kg x 1.600 = 8.400 kg/Ha GKP
  • Jadi hasil perkiraan produksi adalah 8.400 kg/Ha atau 8.4 ton/Ha GKP
 2. MENGHITUNG 4 FAKTOR PENTING DALAM KEGIATAN UBINAN
     4 Faktor penting yang harus di hitung tersebut adalah :
  1. Jarak tanam
  2. Jumlah anakan per rumpun
  3. Jumlai bulir per malai
  4. Jumlah bobot atau gram per 1000 bulir
Caranya pertama kita harus menentukan 2 lokasi atau titik seperti diatas (misal titik A dan titik B). Jumlah populasi atau rumpun kalau jarak tanam 25x25cm adalah 160.000 rumpun/Ha, bulir yang dihitung adalah bulir yang ada isinya bukan yang hampa. 
Misal lokasi 1:
- Jumlah anakan per rumpun ada 15 anakan
- Jumlah bulir per malai ada 110 bulir
- Jumlah gram per 1000 bulir -- misal rata-rata sekitar 30 gram
Misal lokasi 2 :
- Jumlah anakan per rumpun ada 17 anakan
- Jumlah bulir per malai ada 120 bulir
- Jumlah gram per 1000 bulir -- misal rata-rata sekitar 30 gram

Rata-rata dari kedua lokasi adalah:
 - Jumlah anakan per rumpun : (15+17):2 = 16 anakan
- Jumlah bulir per malai : (110+120):2 = 115 bulir
- Jumlah gram per 1000 bulir : (30+30):2 =30/1000 

Rumus = (jumlah rumpun per Ha) x (jumlah anakan) x (jumlah bulir) x (berat per 1000 bulir)
             = (160.000) x (16) x (115) x (30/1000)
             = 8.832.000 gram -- 8.832 kg/Ha
             = 8,832 ton/Ha GKP

Konversi GKP ke GKG dan GKG ke Beras
Nilai konversi tiap provinsi berbeda-beda, seperti data di bawah ini : 
 
 Sumber : BPS

Contoh konversi : Untuk NTB 
Dari hasil ubinan didapat 8,4 ton/Ha GKP
Maka untuk GKG = 8,4 ton GKP x 82,74 % = 6.95 ton GKG ( Nilai GKP ke GKG didapat dari tabel) 
Sedangkan untuk beras = 6.95 ton GKG x 62,74% = 4,36 ton beras
untuk angka konversi dari GKG ke Beras diperoleh 62.74 % yang sering disebut rendemen pengilingan lapangan merupakan angka yang dirilis oleh BPS dan direktorat jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil pertanian, Kementrian Pertanian. Angka tersebut merupakan hasil survei Susut panen dan pasca panen yang dilakukan BPS tahun 2005 s.d 2007. ( disperta.jambiprov.go.id) 

angkutan go green

1 komentar


Paud Bukit Lempayan "CSR Tata Motors Indonesia"

1 komentar


Penyakit SE/NGOROK pada sapi

0 komentar

KESEHATAN HEWAN
PENYAKIT SAPI
SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA (SE) / NGOROK


APA ITU PENYAKIT SE (SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA) ?
Penyakit SE (ngorok) adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menyerang ternak terutama kerbau, sapi dan babi serta dapat pula menyerang kuda, kambing, domba dan telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Barat (Penyakit ini tidak pernah lagi ditemukan di pulau Lombok, karena sejak tahun 1984 pulau Lombok dinyatakan bebas dari penyakit SE). Penyakit SE sering menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Apabila tidak ditanggulangi secara seksama, penyakit SE biasanya berjalan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi terutama ternak yang telah menunjukkan gejala klinis jelas.
Nama lain dari penyakit SE ialah penyakit ngorok, Septicheamia Hemoragica, Hemoragic Septichaemia, Barbone, Togere (Bima).
Penyebab penyakit SE adalah kuman yang disebut Pasteurella Multocida. Kuman ini terdapat dalam tubuh penderita dan akan dikeluarkan dari tubuh ke tempat disekitarnya dan dapat menulari ternak lain yang ada disekitarnya.
Penyakit SE ditandai dengan
1.      Suhu tubuh tinggi (panas),
2.     Keluar ingus dari hidung,
3.     Mata merah,
4.     Nafsu makan menurun,
5.     Ternak malas bergerak serta mengalami kesukaran bernafas,
6.     Kadang-kadang menceret disertai bintik-bintik darah
7.     Terdapat timbunan caiaran pada leher bagian bawah, gelambir dan kadang-kadang ada kaki muka.
8.     Pada ternak kerbau dijumpai gangguan pernafasan yaitu sesak nafas,
9.     Batuk-batuk dan suara ngorok (mendengkur).

Kebanyakan wabah terjadi pada musim kemarau menjelang musim hujan dan kematian ternak dapat terjadi disetiap saat.
Faktor-faktor yang mempermudah timbulnya penyakit antara lain sepert :
1.      Kecelakaan akibat dikerjakan,
2.     Kedinginan ,
3.     Pengangkutan,
4.     Kekurangan makan/kekurangan darah.

Pengobatan
Kalau pternak menjumpai ternaknya atau milik kelompok sakit dengan tanda-tanda diatas segera melapor ke Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) terdekat atau Dinas Peternakan Kab/Kota/Provinsi. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian Antibiotika (Streptomycin atau Oxytetracyclin) dan disertai obat penguat atau vitamin.
Tindakan Pencegahan :


  1. Ternak yang menderita SE harus diasingkan untuk mendapat pengobatan oleh dokter hewan atau petugas kesehatan hewan dan didekatnya disediakan lubang-lubang sedalam 2-2,5 meter untuk membuang kotoran dan cairan dari kandang. Bila lubang tersebut telah terisi sampai 60 cm dari permukaan tanah, maka lubar harus ditimbun dengan tanah baru.
  2. Hewan yang tersangka sakit dilarang meninggalkan halaman tempat tinggalnya sedangkan hewan lainnya tidak diijinkan memasuki tempat tersebut.
  3. Jika diantara ternak yang  tersangka sakit dalam jangka waktu 14 hari tidak ada kejadian sakit, maka ternak tersebut dibebaskan dari pengasingan.
  4. Bangka hewan yang mati karena penyakit SE harus dibakar atau dikubur.
  5. Untuk ternak yang sakit segera diobati dan ternak yang sehat agar diberi vaksin (pengebalan) dengan Vaksin SE.
  6. Pemotongan ternak Penderita SE dengan tujuan dagingnya dimanfaatkan manusia tidak dilarang dengan catatan harus dibawah pengawasan Dokter Hewan/Petugas Kesehatan Hewan.

 
  • Media Penyuluhan © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes